Tuesday, September 25, 2007

Logo Eclipse vs Logo Konica Minolta

Pernah lihat tim Honda di MotoGP yang disponsori Konica Minolta Honda?
Coba perhatikan logo Konica Minolta

Benar-benar mirip dengan logonya Eclipse IDE dari IBM kan?
Siapa yang tiru siapa?

Logo Konica Minolta :


Logo Eclipse :

Saturday, September 22, 2007

SmartComGPS, Widsets untuk N95


Thanks untuk pembuat aplikasi SmartComGPS, untuk kompatible aplikasinya dengan GPS built-in N95.
Juga untuk kompatibilitas dengan aplikasi mapping favorit OZI Explorer.
Thanks untuk teknik brilian membungkus file image superbesar menjadi .ogf2, sehingga aku dapat melihat kontur satelite kabupatenku di N95, termasuk record track sepanjang 90 km menuju puskesmas-ku.
Setelah dipikir, salah satu keuntungan mempunyai PDA/HP dengan fasilitas GPS, dibanding GPS devices sendiri adalah, kita bisa meng-install berbagai aplikasi yang terkait dengan GPS. Ada puluhan aplikasi seperti itu jumlahnya diluar sana, dari yang populer seperti Route66 sampai Tomtom Mobile seri terbaru.
Dibandingkan dengan standalone GPS, bagaimana kita bisa menambahkan aplikasi baru kedalamnya?

Yang patut dicoba lagi adalah Widsets, sebuah midlet java yang visioner, dengan kemampuan menambahkan widget client baru (seperti add-on atau plug-in). Sudah tersedia ribuan client baru yang siap di-"pick". Client dengan bermacam fungsi tersebut yang terdiri dari news reader, feed reader, game, email client, dapat di tambahkan OTA langsung kedalam midlet.
kunjungi http://www.widsets.com/

Wednesday, September 12, 2007

The page *googlesyndication.com/* was not accepted!

Seandainya kita dapat dengan mudah mem-block *googlesyndication.com/* di-Firefox, tanpa perlu program kaya Ad Block.
Di Offline Commander dengan mudah kita bisa set project filter dengan "AND NOT *googlesyndication.com/*"
Lumayan untuk ngirit bandwidth!

Monday, September 10, 2007

WBXML

Dulu sekali pernah Bill Gates mengatakan segala sesuatunya akan melalui XML.
Terbukti sekarang banyak sekali ditemui XML di kehidupan kita. Yang paling sering dapat dilihat di badan feed yang kita update tiap pagi, atau di SOAP dan Webservices, atau di MXML yang kita utak atik di Flex,dan masih banyak lagi yang belum disebutkan.

Karena XML begitu general, hanya sebuah data string literal yang terstruktur dengan sederhana sehingga dapat dimengerti oleh semua pihak di semua platform. Meskipun XML sudah banyak termodifikasi seiring dengan keperluan pemakaiannya, tetap saja strukturnya mengikuti kaidah baku sesuai dengan namespace-nya.

Salah satu kendala dalam pemakaian XML adalah ukurannya yang kadang-kadang membengkak dan tidak efisien dalam menentukan struktur dan konten serta entities-nya. Sehingga developer masih memilih alternatif lain dalam pertukaran data. Misalnya developer Flash banyak yang lebih menyukai pemakaian protokol AMF dibanding XML dan variannya. Karena content binary AMF masih lebih compact dibanding source XML yang berupa string.

Karena itu makin banyak dikembangkan format lain untuk pemakaian XML yang lebih efisien. Salah satunya adalah WBXML (Wireless Binary XML) content format.
Wireless Binary XML sengaja didesain untuk mengurangi ukuran tranmisi dari dokumen XML, sehingga mengefektifkan penggunaan data XML terutama pada jalur komunikasi berkecepatan rendah (narrow-band).
Format binary dari WBXML tetap mampu menghantarkan data tanpa adanya fungsionalitas dan informasi semantik yang tercecer. Didesain untuk tetap menjaga struktur elemen dari XML, dan memperbolehkan browser untuk men-skip elements atau attributes yang tidak diketahui. Binary format dari WBXML di encoded dari hasil parsing dokumen XML terutama dari struktur dan konten serta entiti dokumen. Sedangkan Meta-information termasuk definisi tipe dokumen dan conditional sections tidak disertakan ketika XML di-convert ke binary format.

Untuk pembahasan XML lebih lengkap baca di
XML Schema, http://www.w3.org/XML/Schema

Untuk mengenal WBXML lebih lanjut baca di
WAP Binary XML Content Format, http://www.w3.org/TR/wbxml/

Saturday, September 08, 2007

FlashLite, JSR179 di N95

FlashLite yang didukung oleh N95 saat ini adalah FlashLite 2.0, sedangkan FlashLite 2.1 baru akan didukung oleh Nokia N95 8Gb, yang agak bikin repot adalah sewaktu mau upgrade ke FlashLite 2.1 di N95 ternyata tidak berhasil. Muncul error yang mengatakan tidak bisa menginstall/ meng-update aplikasi yang sudah terinstall di ROM.
Hal ini terjadi karena identifier yang digunakan oleh FlashLite 2.0 dan FlashLite 2.1 serupa.
Hampir mirip dengan keadaan di PC dimana semua Flash Player baik dari semua versi generasi maupun versi debug/non debug menggunakan identifier yang sama.
Ada baiknya Adobe menerapkan sistem identifier yang dapat menangani situasi seperti ini.

Untuk J2ME API, ternyata N95 sudah mendukung implementasi dari JSR179 (Location API for J2ME). Dengan demikian kita bisa membuat sebuah aplikasi midlet untuk navigasi dengan GPS built-in dari N95.
Ada beberapa pertimbangan untuk membuat sebuah aplikasi navigasi peta daripada hanya menggunakan aplikasi serupa yang bawaan dari Nokia (Smart2Go).
Pertama, tidak semua kota di Indonesia yang sudah tercakup di pre-installed NokiaMap yang disertakan sewaktu pembelian. Hanya Jakarta saja. Itu pun menurut beberapa sumber (pengguna GPS lain) menyebutkan detail dan feature map tidak dapat dibandingkan dengan GPS devices seperti Garmin atau pun Magellan.
Selain itu, meskipun Nokia sudah memberitahukan adanya kerjasama dengan third party (Solo Maps) untuk pembuatan dan pemasaran peta kota lain terutama di Jawa dan Bali yang suitable dengan NokiaMap, tentunya tidak gratis begitu saja sampai ke pengguna.
Pertimbangan lain adalah kadangkala N95 memerlukan charge untuk koneksi guna mendownload fitur-fitur tambahan dan area yang tidak tercover.
Dan hal lain yang sering membuatku kecewa dengan GPS devices (tidak Garmin, tidak Magellan, tidak juga N95) adalah keakuratan bangunan alam di peta vector generik mereka. Ini sering ku temui sewaktu tracking dikotaku. Seringkali sewaktu menyisiri daerah pinggiran sungai besar, ada daerah rute, POI (point of interest) yang sebenarnya masih berada 400 meter dipinggir sungai, tetapi bila dilihat di screen ternyata sudah berada di tengah-tengah sungai besar itu. Ada kemungkinan rata-rata semua devices diatas memakai sumber source peta yang sama, terutama pada daerah di Kalimantan yang tentu saja sangat terpencil dibanding tanah Amerika sana sehingga keakuratan belum tentu terjaga. Hal lain yang menyebabkan kondisi seperti itu kemungkinan adalah pemakaian Datum WGS 84 yang mungkin tidak aplikable pada daerah-daerah di Indonesia. (sok tau kali..)

Dari semua pertimbangan dan ide pembuatan aplikasi devices, yang paling penting adalah pemilihan platform. Apakah menggunakan platform J2ME atau Symbian akan menghasilkan perbedaan besar pada outputnya. Terlalu lama sebagai pengguna SonyEricsson yang berbasis BREW J2ME mengharuskan aku untuk mengutak-atik lagi CodeWarrior untuk menyegarkan ingatan.