FlashLite yang didukung oleh N95 saat ini adalah FlashLite 2.0, sedangkan FlashLite 2.1 baru akan didukung oleh Nokia N95 8Gb, yang agak bikin repot adalah sewaktu mau upgrade ke FlashLite 2.1 di N95 ternyata tidak berhasil. Muncul error yang mengatakan tidak bisa menginstall/ meng-update aplikasi yang sudah terinstall di ROM.
Hal ini terjadi karena identifier yang digunakan oleh FlashLite 2.0 dan FlashLite 2.1 serupa.
Hampir mirip dengan keadaan di PC dimana semua Flash Player baik dari semua versi generasi maupun versi debug/non debug menggunakan identifier yang sama.
Ada baiknya Adobe menerapkan sistem identifier yang dapat menangani situasi seperti ini.
Untuk J2ME API, ternyata N95 sudah mendukung implementasi dari JSR179 (Location API for J2ME). Dengan demikian kita bisa membuat sebuah aplikasi midlet untuk navigasi dengan GPS built-in dari N95.
Ada beberapa pertimbangan untuk membuat sebuah aplikasi navigasi peta daripada hanya menggunakan aplikasi serupa yang bawaan dari Nokia (Smart2Go).
Pertama, tidak semua kota di Indonesia yang sudah tercakup di pre-installed NokiaMap yang disertakan sewaktu pembelian. Hanya Jakarta saja. Itu pun menurut beberapa sumber (pengguna GPS lain) menyebutkan detail dan feature map tidak dapat dibandingkan dengan GPS devices seperti Garmin atau pun Magellan.
Selain itu, meskipun Nokia sudah memberitahukan adanya kerjasama dengan third party (Solo Maps) untuk pembuatan dan pemasaran peta kota lain terutama di Jawa dan Bali yang suitable dengan NokiaMap, tentunya tidak gratis begitu saja sampai ke pengguna.
Pertimbangan lain adalah kadangkala N95 memerlukan charge untuk koneksi guna mendownload fitur-fitur tambahan dan area yang tidak tercover.
Dan hal lain yang sering membuatku kecewa dengan GPS devices (tidak Garmin, tidak Magellan, tidak juga N95) adalah keakuratan bangunan alam di peta vector generik mereka. Ini sering ku temui sewaktu tracking dikotaku. Seringkali sewaktu menyisiri daerah pinggiran sungai besar, ada daerah rute, POI (point of interest) yang sebenarnya masih berada 400 meter dipinggir sungai, tetapi bila dilihat di screen ternyata sudah berada di tengah-tengah sungai besar itu. Ada kemungkinan rata-rata semua devices diatas memakai sumber source peta yang sama, terutama pada daerah di Kalimantan yang tentu saja sangat terpencil dibanding tanah Amerika sana sehingga keakuratan belum tentu terjaga. Hal lain yang menyebabkan kondisi seperti itu kemungkinan adalah pemakaian Datum WGS 84 yang mungkin tidak aplikable pada daerah-daerah di Indonesia. (sok tau kali..)
Dari semua pertimbangan dan ide pembuatan aplikasi devices, yang paling penting adalah pemilihan platform. Apakah menggunakan platform J2ME atau Symbian akan menghasilkan perbedaan besar pada outputnya. Terlalu lama sebagai pengguna SonyEricsson yang berbasis BREW J2ME mengharuskan aku untuk mengutak-atik lagi CodeWarrior untuk menyegarkan ingatan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Ini na!!! isi tulisan yang gw demen.
Post a Comment