Tuesday, May 22, 2007

NSAID + Kemoterapi + Radioterapi poten untuk kanker

Para peneliti di University of Iowa Roy J. dan Lucille A. Carver College of Medicine menemukan fakta lain tentang penggunaan obat-obatan Anti Inflamatory Non Steroid yang dikombinasikan dengan Kemoterapi dan Radioterapi dalam penanganan penyakit kanker.
Sebelumnya telah diketahui kegunaan kombinasi 3 terapi ini pada dua aspek. Pertama lebih menggunakannya sebagai pencegahan (preventif kanker) tetapi berpengaruh pada efek jangka panjang. Aspek kedua untuk penggunaan pengobatan (kuratif) kanker.
Pada salah satu penelitian di UI (University of Iowa) ditemukan bahwa celecoxib (salah satu NSAID) dan sulindac sulfide (Clinoril sulfide) ternyata memperlambat proliferasi sel kanker dan membunuh sel kanker (pada beberapa prosentase).
Sedangkan sampel NSAID jenis lain (aspirin, naproxen (Aleve) atau rofecoxib (Vioxx) yang ikut dipakai pada penelitian tersebut terbukti tidak terlalu bermakna sebagai anti kanker.
Pada penelitian lebih lanjut pengaruh celecoxib sebagai anti kanker ternyata terdapat dalam intervensi-nya dalam siklus sel.

Seperti diketahui (ingat kuliah biokim nih!!) : Sebuah sel akan melewati 3 fase sebelum mereka membelah diri. Yaitu : fase G1, ketika sel membesar dan mempersiapkan cadangan protein; Fase S, ketika sel mulai mempersiapkan rantai DNA dan mereplika khromosom; kemudian fase G2, ketika sel mempersiapkan pembelahan. Siklus sel ini juga terdiri dari beberapa "Check point" penting untuk memutuskan apakah pertumbuhan sel berhenti dan apakah suatu fase sudah siap untuk memasuki fase berikutnya.
Para peneliti menemukan bahwa celecoxib merubah ekspresi salah satu protein di "Checkpoint" fase G1 , sehingga secara bermakna menurunkan aktivitas protein E2F1 (protein jenis ini diperlukan sel untuk bergerak ke fase tertentu di siklus sel, dan juga sangat penting pada aktivitas S fase seperti perbaikan DNA). Dan ini memberi harapan pada pada metode penanganan suatu kanker di masa depan.

Yang mesti diperhatikan : Syukur kalo fenomena ini di-patenkan oleh sebuah akademi (Iowa University), dan tidak oleh sebuah pabrik farmasi. Kalo nggak harga obat makin gak karuan (Jadinya lagi-lagi "kita-kita" cuma jadi agen farmasi)

No comments: